FX OPEN MINI AND MICRO FOREX BROKER

Terima kasih atas kunjungannya ke blog kami. Dan kami memohon doanya selalu, agar Allah senantiasa meridhoi dan mencintai kami. Amin

Rabu, 06 Februari 2008

Antara Adat, Budaya dan Agama

Pagi tadi di atas KRL, dalam perjalanan menuju kantor dengan dinginnya udara pagi di Bogor yang menusuk tulang sumsum hingga "gemeretek". Kulangkahkan kakiku menuju kereta yang tampak di depanku. "Jlak" alhamdulillah telah sampai kaki dan seluruh badanku di atas kereta, yang telah disesaki penumpang. Kugoyangkan badanku, kugerakkan tubuhku agar bisa masuk ke tengah gerbong demi keamanan, karena perjalananku masih jauh hingga Stasiun Sudirman. Karena apabila aku berdiri di pinggir pintu, wassalam , aku akan ditabrak oleh jejalan penumpang yang berniat memasuki kereta sepertiku ini. Maklumlah kereta ekonomi.

Tak beberapa lama, "Lis" ada salah seorang teman yang memanggilku. "Oh Pak Nyoto" seraya aku memanggilnya kembali. Kemudian dia beranjak ke depanku untuk meletakkan tasnya di rak yang tersedia di atas tempat duduk penumpang. Penuh dan berat sekali tasnya. "Berat sekali Pak tasnya" tanyaku pada Pak Nyoto. "Maklum lah Lis besok kan libur panjang cuti bersama, jadi nanti aku mau pulang kampung" jawabnya. Langsung teringat pikiranku, memang benar mulai besok kan libur panjang, imlek di hari Kamis, maka Jum'atnya dijadikan cuti bersama. Lumayanlah untuk pulang kampung, pikirku.

"Pulang kampungnya kemana Pak ?", tanyaku. "Madiun", jawabnya. "Madiunnya di mana Pak?, aku juga lama tinggal di Ponorogo" tanyaku kembali. "Di daerah "ini" dekat "ini"", jawabnya seraya menjelaskan. Aku pun hanya mengangguk-angguk saja, dan meng"eheh" saja, karena aku memang lupa dengan daerah-daerah di sekitar Madiun, maklumlah aku sudah beberapa tahun ini tidak pernah menginjakkan kakiku kembali di tanah Madiun.

"Kamu berapa lama tinggal di Ponorogo?" tanyanya kepadaku. "Empat tahun Pak, aku sekolah di sana" jawabku. "Di Gontor yah?" tanyanya kembali. "Ya Pak" jawabku. Mungkin karena kemasyhuran sekolahku, makanya dia langsung menebak di mana aku mengenyam pendidikan di Ponorogo. Aku bangga menjadi santri di Gontor dan lulus. Terima kasih Gontorku. Terima kasih Ibuku.

"Lis" tegurnya yang mengingatkanku akan pembicaraan kami tadi. "Lis, waktu di Ponorogo kamu pernah ke Ngebel gak?" tanyanya. "Ya Pak pernah. Emangnya kenapa Pak?" tanyaku kembali. "Aku kalau pulang kampung, selalu main ke Ngebel" jelasnya. "Ya memang danau Ngebel lumayan bagus yah Pak, tapi sayangnya kurang diberdayakan oleh pemda di sana yah Pak? Padahal kan bagus untuk dijadikan tempat wisata" lanjutku. "Ya memang, tapi di sana kan ada mitos, perahu yang dijalankan di danau Ngebel selalu terbalik, selalu memakan korban dan di sana sering sekali diadakan larung saji setiap peringatan satu Syuro'" jelasnya kembali. "Mungkin karena mitos itu, makanya pemda setempat tidak memberdayakan danau Ngebel itu" jelasnya melanjutkan.

Aku jadi teringat akan apa yang telah kupelajari di Gontor. Bahwasanya kita harus memurnikan ajaran Islam, jangan dicampuradukkan antara agama, adat dan budaya. Itu sama saja dengan bid'ah. Tetapi dalam hal kasus Ngebel ini adalah bid'ah dolaalah, bid'ah yang sesat. Bid'ah seperti inilah yang harus dihilangkan. Apalagi ini bisa menjurus kepada berbuat syirik kepada Allah, dosa yang tidak akan diampuni oleh Allah. Semoga aku bisa menghilangkan bid'ah-bid'ah seperti ini yang telah mengakar dalam adat, budaya masyarakat Indonesia, bantulah kami Yaa Allah untuk memurnikan ajaranmu.

"Lis, turun di mana?" tegur Pak Nyoto, yang menyadarkanku bahwasanya kereta sudah hampir memasuki stasiun Manggarai. Ternyata di luar sedang turun hujan, alhamdulillah aku setiap hari sudah membawa payung. Mungkin karena aku tinggal di sekitar Bogor, kota hujan, makanya aku sedia payung sebelum hujan, kayak peribahasa aja yah.

"Pak, aku siap-siap mau turun di stasiun Sudirman dulu yah Pak" ucapku sambil menurunkan tasku yang kuletakkan di atas rak. "Hati-hati di jalan yah Pak, dan hati-hati juga saat pulang kampung yah Pak, dan terima kasih banyak yah Pak", sapaku lanjut. "Terima kasih yah Lis" jawabnya.

Tak beberapa lama kemudian, kereta pun tiba di stasiun Sudirman. "Jlak" alhamdulillah aku sudah sampai di stasiun Sudirman, lalu aku melangkahkan kakiku menaiki anak tangga, untuk melanjutkan perjalananku menuju kantor.

Yaa Allah ridhoilah hambaMu ini dalam segala hal Yaa Allah, karena hanya ridhoMu yang hamba harapkan selalu. Amin

Tidak ada komentar: